Pages

Richard Rakotonirina, Jenderal Madagaskar Diaspora Indonesia | Saat diwawancara, dia lebih pilih Bahasa Indonesia ketimbang Inggris

Richard Rakotonirina, Jenderal Madagaskar Diaspora Indonesia | Saat diwawancara, dia lebih pilih Bahasa Indonesia ketimbang Inggris
Mungkin tidak ada yang menduga sebelumnya, sosok Brigadir Jenderal Richard Rakotonirina merupakan bagian dari diaspora Indonesia yang ada di Madagaskar. Berkarier di bidang militer di negeri itu, tidak membuatnya lupa bahwa nenek moyang Rakotonirina merupakan orang keturunan Indonesia.

Hal itu diungkap Rakotonirina, saat berbincang dengan VIVAnews di ruang assembly hall, Jakarta Convention Center (JCC), Selasa malam, 20 Agustus 2013 usai penutupan Kongres II Diaspora.

Saking cintanya terhadap Indonesia, dia belajar Bahasa Indonesia di Puspasa Kementerian Pertahanan, Bandung tahun 2000 silam. Bahkan dia menolak saat diajak berbincang menggunakan Bahasa Inggris, lebih memilih bahasa Indonesia.

http://media.viva.co.id/thumbs2/2013/08/21/218624_brigjen-richard-rakotonirina_663_382.jpeg


"Saya ini warga murni Madagaskar, tapi pernah mengikuti pendidikan militer di Bandung tahun 2010 lalu. Saat itu saya ikut sekolah staf dan komando Angkatan Darat di Bandung, lalu ikut pendidikan juga di Lembaga Ketahanan Naisonal tahun 2011," ungkap Rakotonirina.

Dalam kesempatan itu, Rakotonirina berkisah soal keterkaitan yang erat antara Madagaskar dengan Indonesia. Dia bertutur itu semua dimulai pada abad ke-7 hingga abad ke-12.

"Saat itu ada penelitian yang menyebut pada periode itu orang Nusantara sudah berlayar hingga ke Madagaskar," kata dia.

Sehingga menurut dia, tidak heran apabila 70 persen dari 22 juta warga Madagaskar merupakan keturunan Indonesia. Sisa kebudayaan Indonesia bahkan disebut Rakotonirina masih terlihat hingga sekarang.

Jejaknya terlihat dalam bahasa dan budaya tradisional penduduknya. Kendati saat ini bahasa yang digunakan oleh penduduk Madagaskar adalah Bahasa Madagaskar, namun ada beberapa kata yang memiliki kemiripan dengan Bahasa Indonesia.

"Contohnya dalam Bahasa Madagaskar, kami menyebut tenun. Dalam Bahasa Indonesia pun juga begitu. Kata mati dan hati, juga punya arti yang sama," papar dia.

Sementara budaya tradisional Indonesia yang masih hidup, antara lain tercermin dari prosesi pemakaman yang mirip dengan ritual yang digunakan orang di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tradisi menenun kain pun masih dilakukan hingga saat ini di Madagaskar.

Sementara kain khas Indonesia, batik, kata Rakotonirina, belum terlalu dikenal di Madagaskar. Dia pun berjanji akan mengimpor kain tradisional Indonesia supaya dikenal warga Madagaskar.

Ditanya soal permintaan diaspora Madagaskar, Rakotonirina mengatakan mereka membutuhkan diplomasi budaya supaya dapat mengetahui asal usul mereka lebih jelas. "Karena masalah budaya itu penting bagi kami," ujarnya.

Setelah setahun dibentuk jejaring diaspora Madagaskar, menurut Rakotonirina, target terdekat mereka yakni mengusahakan agar dapat dibentuk struktur diaspora Madagaskar. Pembentukan ini dilakukan bekerja sama dengan warga Indonesia yang menetap di Madagaskar dan KBRI.  "Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini akan terbentuk," tuturnya.  

Dalam kesempatan itu, dia mengutatarakan harapan, agar antara pemerintah Indonesia dan Madagaskar dapat terjalin kerja sama yang lebih erat. Hal itu disebabkan Madagaskar memiliki sumber daya alam melimpah yang dapat turut dieksplor melalui tangan-tangan para diaspora di sana. (umi)

sumber | segalaunik.blogspot.com | http://dunia.news.viva.co.id/news/read/437900-richard-rakotonirina--jenderal-madagaskar-diaspora-indonesia