Integritas menurut kamus Bahasa Indonesia adalah sifat atau keadaan yang memiliki potensi dan kemampuan untuk memancarkan kewibawaan serta kejujuran.
Menjadi manusia jujur bukanlah perkara mudah, apalagi di saat kita menikmati keuntungan dalam sebuah kebohongan. Mungkin satu contoh dari atlit Squash ini bisa jadi bahan renungan.
Menjadi manusia jujur bukanlah perkara mudah, apalagi di saat kita menikmati keuntungan dalam sebuah kebohongan. Mungkin satu contoh dari atlit Squash ini bisa jadi bahan renungan.
ilustrasi / thiagodefreitas.com
Dalam sebuah pertandingan yang dimuat dalam National Racquetball Magazine, diceritakan Reuben Gonzales yang mementahkan keputusan wasit yang menguntungkan dirinya.
Pada pertandingan tersebut, Gonzales melancarkan pukulan "mematikan" ke dinding depan untuk memenangkan pertandingan. Pukulan ini sangat menentukan poin untuk menang atau kalah. Wasit menyebutnya sebuah tembakan yang jitu. Salah satu dari dua hakim garis menegaskan bila tembakan itu masuk.
Tapi, setelah ragu-ragu sejenak, Gonzales berbalik, menjabat tangan lawannya, dan menyatakan bila tembakan tadi hanya melewati dinding, menghantam lantai pertama lapangan. Akibatnya, ia kehilangan pertandingan tersebut. Ia berjalan keluar lapangan. Semua orang tertegun.
National Racquetball Magazine menjelaskan bahwa inilah kejadian pertama kalinya di sirkuit squash profesional. Siapa yang akan menyangka bahwa dalam sebuah pertandingan yang penting itu - juga tak ada keberatan dari hakim dan lawan - Gonzales justru menuruti kata hatinya. Ia mendiskualifikasi dirinya di angka penentuan dan kalah!
Ketika ditanya mengapa dia melakukannya, Reuben menjawab, “Itu adalah satu-satunya cara yang bisa saya lakukan untuk mempertahankan integritas saya.”
Ini bukanlah perkara mudah. Saat kita sedang berada di atas angin, mendapat keuntungan apalagi nama besar, prestasi dan materi, sangat susah untuk tetap menjadi orang jujur. Mengakui bila kita telah melakukan kesalahan. Dan, hanya orang yang berjiwa sangat besar berani melakukannya.
Tanyalah pada diri kita masing-masing, apakah kita bisa menjadi orang dengan integritas? Apalagi sebagai orang beragama, jaminan surga pasti menanti kita. Berani?
Pada pertandingan tersebut, Gonzales melancarkan pukulan "mematikan" ke dinding depan untuk memenangkan pertandingan. Pukulan ini sangat menentukan poin untuk menang atau kalah. Wasit menyebutnya sebuah tembakan yang jitu. Salah satu dari dua hakim garis menegaskan bila tembakan itu masuk.
Tapi, setelah ragu-ragu sejenak, Gonzales berbalik, menjabat tangan lawannya, dan menyatakan bila tembakan tadi hanya melewati dinding, menghantam lantai pertama lapangan. Akibatnya, ia kehilangan pertandingan tersebut. Ia berjalan keluar lapangan. Semua orang tertegun.
National Racquetball Magazine menjelaskan bahwa inilah kejadian pertama kalinya di sirkuit squash profesional. Siapa yang akan menyangka bahwa dalam sebuah pertandingan yang penting itu - juga tak ada keberatan dari hakim dan lawan - Gonzales justru menuruti kata hatinya. Ia mendiskualifikasi dirinya di angka penentuan dan kalah!
Ketika ditanya mengapa dia melakukannya, Reuben menjawab, “Itu adalah satu-satunya cara yang bisa saya lakukan untuk mempertahankan integritas saya.”
Ini bukanlah perkara mudah. Saat kita sedang berada di atas angin, mendapat keuntungan apalagi nama besar, prestasi dan materi, sangat susah untuk tetap menjadi orang jujur. Mengakui bila kita telah melakukan kesalahan. Dan, hanya orang yang berjiwa sangat besar berani melakukannya.
Tanyalah pada diri kita masing-masing, apakah kita bisa menjadi orang dengan integritas? Apalagi sebagai orang beragama, jaminan surga pasti menanti kita. Berani?
Sumber:
intisari-online
intisari-online