“Jadi perlu bijak dalam segala hal dan harus bisa menjadi tauladan. Jangan asal omong, karena ustaz itu yang dilihat omongannya, jangan asal berbuat, karena perbuatan ustaz juga ditiru. Jangan asal bertindak, karena tindakan ustaz itu dijadikan contoh,” katanya kepada VIVAlife, Sabtu 24 Agustus 2013.
Kholil Ridwan juga menegaskan tidaklah benar seorang ustaz menimbun harta dari hasil dakwah. Yang benar adalah seorang ustaz atau dai kaya dari hasil kerja dan usahanya yang lain.
“Dakwah itu kewajiban. Maka tidak benar dakwah dijadikan profesi, karena itu merupakan tugas kita semua. Kalau dijadikan profesi, takutnya nanti seperti petinju,” ungkapnya.
Oleh karenanya, Khalil berharap Solmed bisa mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa yang telah menimpanya. "Mari kita perbaiki diri dan mulia di mata Allah, bukan mulia dilihat mahluk,” ungkapnya.
Ketika dikonfirmasi kepada VIVAlife, Solmed belum mau menjawabnya secara detail. Ia hanya ingin kasusnya dengan penyelenggara dakwah di Hong Kong bisa selesai dengan baik. "Saya sudah closed, maaf banget ya," ujarnya.
Sebelumnya Solmed dengan percaya diri mengatakan Imam An Nawawi memasang tarif saat melakukan dakwah. "Asalkan ikhlas dakwahnya dan banyak ulama yang membolehkan, tidak ada salahnya kan?" ujar lulusan UIN Syarif Hidayatullah itu. (umi)
MUI Sarankan Tak Undang Ustaz 'Komersil'
Biasanya punya manajer dan memasang tarif.
Ketua MUI KH Amidhan menjelaskan, setidaknya 5-10 tahun terakhir fenomena ustaz pasang tarif dakwah mulai ‘tren’ di Indonesia. Fenomena itu diawali kondangnya dai sejuta umat, almarhum KH Zainuddin MZ.
“Itu juga pakai manajemen. Tapi dia memang disenangi, orang yang mengundang juga senang,” ujar Amidhan saat dihubungi VIVAlife, Rabu, 21 Agustus 2013.
Dibandingkan dengan Solmed, Amidhan menilai suami April Jasmine itu agak berlebihan. Ia tak heran kontraknya diputus sepihak.
Amidhan menjelaskan, memasang tarif untuk berdakwah sebenarnya tidak masalah. Asal, tidak berlebihan, jelas, dan tidak memberatkan pihak pengundang. Yang dimaksud jelas adalah peruntukannya, misalnya akomodasi, transportasi, dan lain-lain.
Amidhan menjelaskan, memasang tarif untuk berdakwah sebenarnya tidak masalah. Asal, tidak berlebihan, jelas, dan tidak memberatkan pihak pengundang. Yang dimaksud jelas adalah peruntukannya, misalnya akomodasi, transportasi, dan lain-lain.
“Kalau tarif yang dipasang terlalu tinggi, itu namanya komersialisasi,” lanjutnya tegas.
Ia bisa memahami alasan tingginya tarif yang dipasang. Mungkin, kata Amidhan, karena ustaz itu sudah kondang dan perlu manajer lebih dari satu untuk mengatur kegiatan padatnya. Membiayai manajemen tentu tidak sedikit.
Ia bisa memahami alasan tingginya tarif yang dipasang. Mungkin, kata Amidhan, karena ustaz itu sudah kondang dan perlu manajer lebih dari satu untuk mengatur kegiatan padatnya. Membiayai manajemen tentu tidak sedikit.
Dai yang demikian disebutnya sebagai ustaz yang setengah artis atau artis yang berdakwah. “Cirinya ya itu, punya manajer. Merekalah yang menentukan jadwal dan tidak mustahil memasang tarif,” kata Amidhan lagi. Semakin kondang ustaz itu, semakin tinggi tarifnya.
Ini berbeda dengan dai murni yang berilmu, ceramahnya berbobot, dan sosoknya tidak terlalu senang diumbar di media massa. Dai yang seperti itu cenderung ikhlas dalam berdakwah, tidak memasang tarif.
Jika memang pengundang merasa dirugikan oleh ustaz ‘ngartis’ seperti Solmed, lanjutnya, sebaiknya tak usah mengundang yang bersangkutan.
Jika memang pengundang merasa dirugikan oleh ustaz ‘ngartis’ seperti Solmed, lanjutnya, sebaiknya tak usah mengundang yang bersangkutan.
“Karena dia memosisikan diri seperti artis yang bisa diundang ke mana-mana,” imbuh Amidhan. Apalagi, jika tarif yang dipasangnya terlalu tinggi.
Dihubungi terpisah, Solmed sendiri berpendapat memasang tarif tetap halal dan tidak melanggar agama. "Soal tarif, karena tidak ada larangan dalam Islam," ujar Solmed santai.
Ia bahkan membandingkannya dengan ulama Imam An-Nawawi yang juga memasang tarif saat berdakwah. "Asalkan ikhlas dakwahnya dan banyak ulama yang membolehkan, tidak ada salahnya kan?" ujar lulusan UIN Syarif Hidayatullah itu. (eh)
Dihubungi terpisah, Solmed sendiri berpendapat memasang tarif tetap halal dan tidak melanggar agama. "Soal tarif, karena tidak ada larangan dalam Islam," ujar Solmed santai.
Ia bahkan membandingkannya dengan ulama Imam An-Nawawi yang juga memasang tarif saat berdakwah. "Asalkan ikhlas dakwahnya dan banyak ulama yang membolehkan, tidak ada salahnya kan?" ujar lulusan UIN Syarif Hidayatullah itu. (eh)
FPI Tegaskan Tak Mendukung Solmed
Solmed sempat mengundang FPI ke rumahnya.
Di tengah kontroversi pembatalan dakwahnya di Hong Kong, Ustaz Solmed mengundang banyak ustaz dan anggota FPI berkumpul di rumahnya. Itu dikatakan Sekretaris DPD FPI DKI Jakarta, Habib Novel Bamu'min saat dihubungi VIVAlife, Rabu, 21 Agustus 2013.
Undangan itu disampaikan sahabat Solmed, Ustaz Taufiqurrahman melalui telepon, kemarin. Namun, Novel menegaskan dirinya dan anggota FPI lain tidak akan datang dalam pertemuan itu. Pasalnya, ia menduga Solmed meminta dukungan soal kasusnya.
“Kalau musyawarah untuk menyelesaikan masalah kita mau datang. Kalau dia mau berubah kita dukung, nasihati, dan beri pengarahan. Tapi kalau sampai diliput media buat apa, nanti dikira mendukung dia,” kata Novel.
Anggapan dukungan itu menurutnya akan membuat malu ustaz-ustaz yang datang. “Hati-hati dimanfaatkan Solmed untuk pembelaan dakwah komersilnya,” ia melanjutkan. Novel menyarankan, Solmed bukan mengundang ustaz-ustaz di Indonesia saja.
Menurutnya, akan lebih baik jika pemilik nama Soleh Mahmud itu juga membuka komunikasi dengan pihak panitia di Hong Kong untuk menyelesaikan masalah. Novel sendiri menegaskan tak mau lagi ikut campur masalah yang menimpa suami April Jasmine itu karena takut terseret lebih jauh.
Namun sayangnya, saat dikonfirmasi Solmed hari ini Kamis 22 Agustus 2013, ustaz jebolan UIN Syarif Hidayatullah belum memberikan jawaban.
Sebelumnya, Solmed menegaskan bahwa dirinya ingin segera menutup kasusnya dengan pihak penyelenggara dakwah di Hongkong tersebut.
"Saya sudah closed, maaf banget ya," ujar Solmed melalui sambungan telepon. (eh)
"Saya sudah closed, maaf banget ya," ujar Solmed melalui sambungan telepon. (eh)