Pages

Ustad Seleb dan Tarif Dakwah Soal Kisruh Tarif Dakwah : MAMAH DEDEH Kasihan dengan Ustad Solmed


http://images.detik.com/content/2013/08/19/230/dedehmamah3dlm.jpg

Ustad Seleb dan Tarif Dakwah Soal Kisruh Tarif Dakwah, Mamah Dedeh Kasihan dengan Ustad Solmed Kisruh soal tarif dakwah ustad Solmed juga mengundang perhatian dari kalangan ulama lainnya. Ustadzah Mamah Dedeh misalnya, Mamah, biasa dia disapa merasa kasihan dengan Solmed.

"Jadi setahu saya, itu bukan mutlak kesalahan dari dia, tapi dari pihak lainnya juga. Saya lihat di TV kasihan sama Solmed. Dia dipojokkan," ucapnya kepada detikHOT.

Sebagai pendakwah, Mamah Dedeh mencoba memahami masalah soal transport ceramah seperti kasus ustad Solmed. Ibu empat orang anak itu mengatakan, profesi dai memang dimanfaatkan berbagai pihak untuk kepentingan lain.

Dalam kasus ini, menurut Mamah Dedeh, Solmed bukanlah pihak yang sepenuhnya bersalah. "Tidak masalah sebenarnya (ada transport), kita buang energi, kita buang tenaga dan waktu," tegasnya.

Ia pun lantas memberikan contoh kala dirinya dimanfaatkan pihak panitia dengan seenaknya. "Banyak yang memperjualbelikan kami. Yang tanda tangan Rp 80 juta, yang kita terima cuma Rp 30 juta. Saya juga pernah tanda tangan Rp 25 juta dikasih cuma Rp 1 juta."

"Padahal saya tahu pendapatan dari tiket saja sangat besar. Mereka bisnisin. Sempat di depan mata saya duit itu dibaginya. Langsung di depan saya," lanjutnya berkisah.

Menyoal tarif dakwah, Mamah Dedeh mengaku tak pernah mematok. "Saya tidak pernah ngasih tarif. Tapi kadang perantara atau panitia yang ngasih. Mereka tahu siapa saya," tandasnya.



http://images.detik.com/content/2013/08/19/230/zackymirzathatha.jpg



Ustad Seleb dan Tarif Dakwah

Ustad Zacky Mirza: Ceramah Nggak Jalan Kaki, Ada Bensinnya Juga

 Ustad Zacky Mirza angkat bicara mengenai tarif-menarif di dunia dakwah. Zacky yang kerap wara-wiri di televisi itu menilai soal transport atau bayaran bagi ustad yang berdakwah itu tergantung dari acara.

"Itu tergantung dalam konteks seperti apa. Kalau yang mengundang pihak EO, kemudian sponsor, pemerintahan, perusahaan tertentu yang punya budjet. Contoh EO itu kan udah masuk ranah komersil. Bagaimana mereka memberikan nilai tertentu kepada pihak pengundang. Mereka baru konfirm ke pihak ustad. Dalam kasus ini, ketika kita ada nilai tertentu yang kita ajukan dari pihak ustad itu wajar, karena ada biaya," papar Zacky ditemui di kediamannya di Cibubur, Jakarta Timur.

Soal fee, Zacky menilai wajar adanya untuk para dai. Menurut ustad yang sudah memiliki tiga orang anak itu mengenai masalah fee ceramah memang tidak bisa dipatok. Namun menurutnya semuanya harus jelas di awal kesepakatan antara sang ustad dan pihak pengundangnya.

"Berbeda dalam konteks yang swadaya masyarakat, mereka bangun musala, mereka ingin hadirkan ustad, itupun harus melalui kroscek terlebih dahulu. Kalau saya pribadi, silahkan datang ke rumah. Rumah saya terbuka, terutama buat mereka yang mengundang," katanya.

"Jadi masalah tarif-menarif, tergantung konteksnya menurut saya," sambungnya menjelaskan.

Zacky menuturkan, zaman sekarang ini, ustad juga memiliki manajemen. Sebelum berceramah pun ia juga ingin semua jelas di awal. Namun ia menekankan manajemen dakwah berbeda dengan manajemen artis.

"Harus ada nilai yang disepakati dalam hal mengundang. Jumlahnya nggak ditentuin, tapi ada tanda kita terikat dalam bentuk kontrak. Bahasa manajemen dakwah itu berkeluarga, nggak kaku, nggak kayak manajemen artis. Kita fleksibel," paparnya.

Lantas bagaimana pendapat ustad Zacky mengenai bayaran seikhlasnya untuk para dai? "Jangan ikhlas itu diartikan dimudah-mudahin. Undang saya nggak perlu ring 1, 2, atau 3. Yang atur jadwal saya, istri saya. Datang aja ke rumah. Ikhlas itu saling menjaga. Ustad juga ceramah nggak jalan kaki ceramah, kalau naik motor ada bensinnya juga," tukasnya.

 http://images.detik.com/content/2013/08/19/230/101743_dakwahdlm.jpg

Ustad Seleb dan Tarif Dakwah

Imam Besar Istiqlal: Terima Bayaran Boleh, Pasang Tarif Haram

 - Imam Besar Majid Istiqlal, KH Ali Mustafa Yakub juga ikut angkat bicara mengenai ramainya perbincangan soal tarif dakwah di kalangan dai semenjak hebohnya kasus Ustad Solmed.

Ali termasuk yang berpendapat bahwa seorang dai tak boleh memasang atau mematok tarif. Menurutnya, hal itu bisa mencoreng ustad lainnya.

"Itu sangat keterlaluan. Yang seperti ini bisa mencoreng para ustad. Ustad itu tidak boleh pasang tarif," tegasnya kepada detikHOT.

Namun, Ali menandaskan bahwa bukan berarti seorang ustad tak boleh menerima bayaran. Hal itu menurutnya bahkan sah-sah saja. Tapi, bila sampai mematok tarif dalam berceramah, sudah lain urusannya.

"Menurut para ulama, itu haram hukumnya. Kalau memang niat dakwah ya tidak boleh minta imbalan. Kecuali jika memang diberi ya tidak apa-apa," urainya.

Ali memberikan contoh dengan dakwah yang diterapkan Nabi. "Saya pernah menulis buku judulnya 'Sejarah dan Metode Dakwah Nabi'. Di sana ada kode etik dakwah," ujarnya.

"Bisa lihat lengkap di sana. Nabi itu tidak pernah meminta imbalan di setiap dakwahnya. Kalau berani memberikan tarif itu sama saja seperti menjual agama," tambah Ali.

Kisruh Tarif Ustad Solmed

Ketua MUI: Tidak Layak Kalau Dakwah Diberi Tarif


 Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Maruf Amin berpendapat mengenai soal tarif dakwah di kalangan dai. Ia tak setuju bila ceramah diberlakukan tarif.

Menurut Maruf, MUI memang belum melakukan kajian mengenai soal tarif ceramah. Namun Maruf pribadi menilai ceramah tak layak diberi tarif.

"Saya pribadi menganggap tidak layak kalau dakwah itu diberi tarif. Dakwah itu tugas, melaksanakan tugas dan kewajiban. Jangan dikaitkan dengan tarif. Kalau ada orang memberi transport itu merupakan keinginan masyarakat sendiri untuk membantu para dai yang memang dai itu tidak sempat mencari uang karena kesibukannya berdakwah. Tapi jangan kemudian dia memungut tarif. Itu tidak layak," jabar Maruf kepada detikHOT.

Maruf berpandangan, fee untuk para dai sebenarnya sah-sah saja. Namun bila dipatok tarif, itu sudah melenceng. Ia juga mengatakan jika seorang ustad mematok tarif dakwah, maka hal itu tak ada bedanya dengan pekerjaan seperti artis.

"Itu kan seperti artis, penyanyi, pelawak, yang kalau datang ada tarifnya. Seorang dai tidak layak untuk ada tarifnya seperti itu. Bukannya tidak boleh menerima. Boleh menerima tapi memberi tarif saya kira tidak diperbolehkan," jelasnya.



sumber | segalaunik.blogspot.com | http://hot.detik.com/read/2013/08/19/082630/2333570/230/soal-kisruh-tarif-dakwah-mamah-dedeh-kasihan-dengan-ustad-solmed?991104topnews