Fenomena maraknya penggunaan flyover sebagai tempat nongkrong, pacaran  dan berdagang tentu akan menimbulkan dampak negatif. Apabila dibiarkan,  hal ini berpotensi menimbulkan gesekan kecil yang menimbulkan kekerasan  hingga terjerumus pergaulan bebas. 
"Dari segi usia dan pikiran,  mereka yang belum menikah, masih muda cenderung berani mengungkapkan  adegan ciuman atau nongkrong di tempat (flyover) seperti itu karena  dianggap tidak ada masalah," kata pengamat sosial dari Lembaga Ilmu  Pengetahuan Indonesia Syarif Hidayat kepada detikcom Senin (26/8)  kemarin. ![]()
Menurut dia telah terjadi kesalahan persepsi dan  kelonggaran ketertiban yang menempatkan flyover sebagai tempat pacaran.  Hal ini jelas melanggar etika dan menggangu kepentingan umum. Sehingga  harus ada efek jera. Seperti patroli polisi atau patroli Satpol PP  dadakan. 
“Jangan hanya bulan Ramadan saja, tapi hari-hari biasa  juga," kata Syarif. Selain longgarnya peraturan, fenomena ini juga  dipicu pasangan muda yang cenderung ikut-ikutan melihat pasangan lain.  Ada juga remaja yang usia labil juga ikut nongkrong dengan  teman-temannya. 
Syarif mengatakan, timbal balik dari ramainya  penempatan flyover ini membuat pelaku usaha minuman, makanan kecil  berani berjualan. Apalagi saat bulan Ramadan, bukannya berkurang angka  pasangan muda mudi dan penjual ini malah bertambah. 
Ia pun menyebut harus ada tindakan konkret seperti upaya patroli  rutin dari Satpol PP dan kepolisian. "Lakukan inspeksi mendadak patroli  dua hari sekali. Atau tempatkan petugas Satpol PP yang piket untuk  patroli di flyover,” kata Syarif.
Bahkan tak  jarang mereka menggunakan flyover untuk menikmati minuman keras jenis  anggur putih dan anggur merah. Biasanya memasukkan minuman beralkohol  itu ke dalam botol air mineral kemudian membungkusnya dengan plastik  hitam.
"Di sini (flyover) kalau 'ngakak' keras - keras kan gak  ada yang marah," kata Toni, salah satu remaja yang ditemui detikcom di  flyover Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu (24/8) lalu.
Penyalahgunaan  flyover sebagai tempat nongkrong, pacaran ataupun berjualan tentu ada  sebabnya. Salah satunya menurut pengamat perkotaan dari Universitas  Trisakti, Yayat Supriatna hal itu dipicu terbatasnya ruang terbuka di  Jakarta. 
"Anak-anak muda kehilangan ruang beraktivitas, jadi  yang dipergunakan adalah mau tidak mau ya tempat-tempat 'kongkow'  seperti jembatan," kata Yayat kepada detikcom, Selasa (26/8). 
Fenomena  menjadikan flyover menjadi tempat nongkrong tidak hanya terjadi di  Jakarta saja. Di berbagai daerah seperti Bogor, Bekasi, dan Tangerang  juga terjadi hal yang sama. Pemicunya sama, yakni jumlah penduduk yang  semakin padat.
  sumber  | segalaunik.blogspot.com | http://news.detik.com/read/2013/08/27/183313/2342348/10/nongkrong-di-flyover-berpotensi-seks-bebas?9911012