Laman Dailymail, Senin 26 Agustus 2013, mengabadikan  gambar bagaimana When Zeng yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang  besi, penyemir dan pembuat sepatu beraktivitas di toilet tersebut  bersama istri, Wang Zhixia, dan putra semata wayang mereka yang baru  berusia tiga tahun, Devi.
Meski tidak layak huni, Zeng berusaha menyupap toilet pria berukuran 20 meter persegi itu menjadi sebuah rumah yang nyaman.
Ada tiga bilik di toilet tersebut. Salah satunya sengaja dijebol  When untuk digunakan sebagai tempat menaruh tempat tidur. Namun, toilet  untuk membuang urin manusia masih terpasang di sana. Sementara dua bilik  lainnya, digunakan sebagai lemari pakaian.
Di belakang pintu toilet yang menjadi pintu utama menuju rumah  kecilnya itu, terpasang karakter huruf China "Xi" yang bermakna  kebahagiaan. 
Datang dari sebuah keluarga miskin di Desa Fumin, Provinsi Jilin,  Zeng sempat kuliah di universitas bergengsi, Institut Ilmu dan Teknologi  Heilongjiang pada 1999 silam. Namun, dia tidak dapat meneruskan studi  di sana karena ketiadaan biaya. Sehingga akhirnya dia nekat memutuskan  pindah ke Shenyang, walau hanya bermodal 50 Yuan atau Rp89 ribu di  saku. 
Di tahun 2010 lalu, pria berusia 33 tahun itu menikahi Zhixia.  Merasa bersalah karena tidak dapat memberikan bulan madu kepada sang  istri, Zeng terpaksa merogoh 500 Yuan atau Rp887 ribu supaya dapat  tinggal di sebuah apartemen mewah. 
Namun enam hari kemudian, mereka kembali lagi ke tempat aslinya  yang telah disewa dari pihak hotel sejak 2006. Supaya dapat tinggal di  toilet yang tidak terpakai itu, Zeng harus membayar 8.000 Yuan atau Rp14  juta setiap tahunnya kepada pihak hotel. 
Apabila ingin memasak, maka sang istri, Zhixia, akan melakukannya  di luar. Mengingat memasak di dalam tidak higienis sebab masih ada  toilet yang terpasang di sana. 
Untuk meminimalkan bau tidak sedap dari pipa pembuangan toilet yang  berada di lantai atas mereka, Zeng dan istri terpaksa harus sesering  mungkin menekan tombol flush toilet di dalam "rumah" mereka itu. 
Namun karena sudah tujuh tahun tinggal di sana, putra mereka akhirnya menderita eczema atau radang kulit. Zeng sebenarnya telah mengajukan permintaan untuk dapat menyewa rumah murah di Shenyang. 
Namun status kependudukan Zeng masih menyatakan dia warga  Heilongjiang, sehingga menyulitkannya dapat persetujuan pengajuan sewa  rumah murah itu. 
Zeng menyadari "rumah" yang didiami keluarganya sekarang jauh dari  kata ideal. Namun dia mengaku bahagia. "Saya cukup puas dengan keadaan  saat ini," ujar Zeng kepada laman Englishnews.cn
Bahkan Zeng berujar kehidupannya di desa dulu jauh lebih sulit  daripada yang kini dialaminya. Dia tetap optimistis bahwa roda kehidupan  akan terus berputar.
"Tenang saja. Kami masih muda. Hidup akan semakin baik apabila kami terus bekerja keras," ungkapnya optimistis. 
Zeng memang harus bekerja keras untuk bisa membiayai anak, istri  dan sewa "rumah" nya kepada pihak hotel. Belum lagi dia juga masih harus  menyisihkan sebagian penghasilannya kepada orangtuanya di desa. 

Round the U-bend: Zeng Lingjun, his wife Wang Zhixia and their baby Devi have set up home in a converted men's toilet

Enterprising: Mr Zeng created a bed by placing  wooden planks on top of one toilet and has transformed two unused stalls  into wardrobes

Homemaker: Wife Wang Zhixia cooks outside the  entrance to the family home. She said the living arrangement was not  'convenient for cooking', but that she is used to it

Upbeat: Mr Zeng decribes his home - still fitted  with urinals - as 'small but complete', and called his baby 'Devi',  which means satisfying one's desire

Wedded bliss: Ms Wang shows her son the couple's  wedding photograph. Mr Zeng could not scrape together enough money for a  real honeymoon, but took out 500 yuan from his savings and rented a  900-square-feet apartment in a high-end neighborhood

Lingering: Although the family say they are  satisfied with their home they have to flush the toilet regularly to  wash away any odours from the in-use lavatory block on the floor above