Indonesia merupakan negara yang besar.Indonesia mempunyai mata uang yang terbilang menarik. Mata uang pertama yang dimiliki Republik Indonesia setelah merdeka adalah Oeang Republik Indonesia atau ORI. Pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka.
Ini dia Uang Seribu Rupiah dari Masa ke Masa
Indonesia merupakan negara yang besar.Indonesia mempunyai mata uang yang terbilang menarik. Mata uang pertama yang dimiliki Republik Indonesia setelah merdeka adalah Oeang Republik Indonesia atau ORI. Pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka.
Sejarah Penemu Nama Indonesia
Dari kajian sejarah, nama Indonesia ditemukan oleh James Richardson Logan dan George Samuel Windson Earl. Earl mengusulkan nama Indonesia dalam tulisannya "Journal Of The Indian Archipelago and Eastern Asia" volume IV tahun 1850. Earl punya dua calon nama yaitu Indunesia atau Malayunesia. Dia sendiri memilih nama Malayunesia karena nama ini sangat tepat untuk ras Melayu, sementara cakupan Indinesia terlalu luas. Tapi Lodan punya pendapat berbeda. Ia lebih senang memakai nama Indunesia, sebab nama itu lebih sinonim untuk Indian Island atau Indian Archipalego. Dalam perjalanan huruf "U" diganti huruf "O", sehingga menjadi Indonesia.
Pada zamannya, Sabastian adalah seorang ilmuan yang handal. Dikenal dan diakui oleh ilmuan lain. Dialah yang mengantarkan etnolog dan antropologi hingga diakui sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan. Banyak harta peninggalan yang sempat dikumpulkan oleh Bastian yang dipergunakan untuk kajian antropologi. Namun yang paling popular adalah adalah dua buah buku, yaitu Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipels yang terbit lima buku, dan buku Die Volkev des Ostl Asien.
Ia menggunakan nama tersebut pada tahun 1884 dalam karangan ilmiahnya yang berjudul Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipels. Sejak itu nama Indonesia makin populer digunakan untuk menyebut wilayah yang juga disebut sebagai Hindia Belanda.
Kemudian seorang ahli Hukum Adat yang bernama C. van Vollenhoven selalu menggunakan nama Indonesier untuk menggantikan nama Inlander dalam karangannya yang berjudul Het Adatrecht van Nederlands-Indie.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiër (orang Indonesia).
Nama Indonesia tersebut berasal dari bahasa Yunani. Dari kata Indo dan Nesos. Indo berarti India atau Hindia, sedangkan Nesos berarti kepulauan. Dengan demikian arti nama Indonesia adalah Kepulauan Hindia atau India. Menurut Earl, alasan utamanya menggunakan kata Nesos adalah karena ia menduga kata Nusa yang sangat mirip dengan kata Nesos yang berarti juga pulau atau kepulauan dalam bahasa Melayu Austronesia, memiliki umur yang mungkin sama tuanya. Kata Nesos mirip dengan kata Nusa dan memiliki umur yang sama.
Reformasi 1998 Didalangi dan Didanai Asing
Dosa apa yang telah kita perbuat sehingga Yang Maha Kuasa menjadikan bangsa ini seakan terkutuk? Coba lihat apa yang terjadi setiap hari: tawuran massal di mana-mana, terutama antara polisi atau aparat pemerintah dengan rakyat, atau kelompok rakyat dengan rakyat.
Korban Narkoba meluas, penyakit menular AIDS kian tak terkendali. Penyakit yang terutama ditularkan melalui hubungan seksual bebas itu kini sudah memakan korban sampai ke desa-desa. Dan kita seakan kehilangan akal untuk mengatasinya. Dulu kita pikir penyakit itu cuma berkecamuk di Thailand, negeri tetangga dengan pelacuran yang tersebar luas. Kini dalam soal pelacuran Indonesia lebih hebat dari Thailand. Wajar wabah AIDS pun berkecamuk.
Dan yang paling mengerikan adalah wabah korupsi. Pengamat Indonesia dari Northwestern University (Amerika Serikat), Jeffrey A. Winters menyebutkan bahwa demokrasi berjalan dengan amat maju di Indonesia. Indonesia adalah negeri paling demokratis di Asia Tenggara. Tapi menurut Winters kemajuan demokrasi itu tak disertai dengan tegaknya hukum. Akibatnya korupsi merajalela dan menyebarkan rasa ketidak-adilan yang meluas di kalangan rakyat.
Tiga belas tahun lalu, ketika tokoh Muhammadiyah Amin Rais atau pengacara Adnan Buyung Nasution meneriakkan yargon reformasi di bulan Mei 1998, menuntut turunnya Presiden Soeharto, yang mereka maki-maki adalah wabah korupsi yang meluas. Waktu itu sangat populer yargon KKN (Korupsi Kolusi dan Nespotisme).

Semua para tokoh reformasi berteriak-teriak sampai suaranya parau, bahwa mereka adalah orang yang paling anti-KKN alias korupsi, kolusi, dan nespotisme. Amin Rais, Adnan Buyung Nasution, Todung Mulya Lubis, Goenawan Mohammad, Faisal Basri, Hatta Rajasa, dan yang lain-lain menjadikan Presiden Soeharto sebagai simbol KKN dan mereka para pemimpin reformasi adalah tokoh anti-KKN.
Maka Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden, 21 Mei 1998, tepat 13 tahun lampau. Indonesia pun memasuki era baru yaitu zaman reformasi. Tapi apa yang terjadi? Ternyata korupsi-kolusi-dan nepotisme (KKN) yang jadi yargon reformasi 1998, sedikit pun tak berkurang, malah tambah merebak dan meluas ke daerah-daerah.

Tampaknya reformasi ini memang sudah salah sejak awal. Betapa tidak? Bukti-bukti menunjukkan reformasi 1998 itu bukan inisiatif dan upaya kita sendiri melainkan hasil dari campur tangan asing. Reformasi 1998 itu didalangi dan dibiayai pihak asing dengan 26 juta Dollar Amerika Serikat atau dengan kurs sekarang Rp 200 milyar lebih. Sebuah jumlah yang cukup besar.
Menurut The New York Times, koran terkemuka Amerika Serikat edisi 20 Mei 1998 yang ditulis wartawannya, Tim Weiner, pemerintahan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton bermain dua muka di Indonesia. Di satu pihak Clinton terus menyokong pemerintahan Presiden Soeharto. Tapi di pihak lain mereka diam-diam mendukung kelompok oposisi dengan harapan akan terjadi transisi menuju masyarakat demokratis di Indonesia.
Melalui badan bantuan resmi pemerintah Amerika Serikat, United State’s Agency for International Development (US-AID), pemerintah Amerika Serikat mencurahkan duit kepada kelompok-kelompok oposisi di Indonesia sejak 1995, yang jumlahnya mencapai 26 juta dollar. |
Atau seperti ditegaskan Sharon Cromer, Deputi Direktur US-AID, Amerika Serikat membantu pembela hak-hak sipil untuk memonitor isu-isu hak asasi manusia (HAM), memobilisasi pendapat umum (opini publik), dan memonitor pelanggaran hukum dan korupsi (KKN). Untuk itu duit 26 juta dollar dibagi-bagikan kepada sekitar 30 LSM Indonesia.
Sampai sekarang, misalnya, isu bantuan US-AID sebesar 26 juta dollar kepada para tokoh LSM di Indonesia lebih banyak dipergunjingkan dengan bisik-bisik. Siapa saja para tokoh LSM atau kelompok oposisi yang menerima dollar itu dan berapa jumlahnya tak pernah jelas.

Dan satu lagi, bantuan itu tak pernah dilaporkan kepada pemerintah. Padahal sesuai undang-undang, mestinya semua bantuan luar negeri kepada pihak swasta di Indonesia harus dilaporkan kepada Kementerian Dalam Negeri. Bila tak dilaporkan, itu merupakan pelanggaran hukum.
Jadi sebetulnya bila hendak diusut dengan serius siapa saja para tokoh kita yang mendapat dollar dari Amerika Serikat untuk menjatuhkan Presiden Soeharto, bukan persoalan yang terlalu sulit. Soalnya sudah terbuka melalui pemberitaan koran The New York Times itu.

Kabarnya kasus ini menjadi masalah dan muncul ke permukaan karena gerakan yang dilakukan Freeport Mc-Moran Copper and Gold of New Orleans, perusahaan tambang emas dan perak milik Amerika Serikat di Papua. Perusahaan ini merasa terus-menerus ‘’dihantam’’ LSM dari Indonesia Walhi. Serangan terutama ditujukan terhadap masalah pencemaran lingkungan yang dilakukan perusahaan modal asing terbesar di Indonesia ini dalam pembuangan limbah tambang.
Sebagai perusahaan pembayar pajak di Amerika Serikat, Freeport merasa Walhi yang juga dapat bantuan dari US-AID (dananya berasal dari pajak rakyat Amerika Serikat) tak layak untuk berusaha menutup PT Freeport. Karena itu mereka meributkannya di Amerika Serikat. ‘’Walhi mau menutup perusahaan kami. Itu rencana mereka yang sangat jelas,’’ kata Garland Rubinette, juru bicara perusahaan itu seperti ditulis The New York Times waktu itu. Dari ribut-ribut itulah kisah bantuan US-AID 26 juta dollar itu merebak keluar dan kemudian menjadi berita The New York Times dan media lainnya.
Sekarang, setelah 13 tahun, sudah cukup jauh jaraknya peristiwa itu dengan kita sehingga mestinya sudah tiba saatnya bagi kita untuk mencoba obyektif terhadap peristiwa yang terjadi pada waktu itu. Yaitu peristiwa terbunuhnya 4 mahasiswa Trisakti di kampusnya oleh peluru yang ditembakkan sejumlah polisi pada 12 Mei 1998, dan reaksi yang mengikutinya, yaitu gerakan demostrasi massa menuntut mundurnya Presiden Soeharto, yang kemudian berkembang menjadi gerakan huru-hara dan kerusuhan 13 dan 14 Mei 1998.
Apa yang terjadi pada waktu itu semua harus dibuat jelas dan dia akan menjadi fakta sejarah yang akan menjadi pelajaran bagi anak dan cucu kita. Oleh karena itulah betapa pentingnya membuat jelas dana 26 juta dollar yang diambur-amburkan US-AID untuk 30 LSM di negeri ini guna menjatuhkan Presiden Soeharto.
Kita harus memperjelas dari mana sebenarnya datang ide tentang reformasi 1998? Kalau ternyata ide itu berasal dari para aparat US-AID, apalagi dari agen CIA, tentu itu merupakan catatan kelam bagi sejarah kita. Juga perlu diperjelas: siapa saja tokoh 30 LSM yang menerima dollar dari US-AID? Kenapa duit 26 juta dollar ini tak pernah diungkap secara transparan? Apakah karena telah terjadi korupsi?
sumber | segalaunik.blogspot.com | http://forum.viva.co.id/sosial-dan-budaya/1084626-reformasi-1998-didalangi-dan-didanai-asing.html
(miris+sedih gan) Menit-menit Lepasnya Timor-timur dari Indonesia
Spoilerfor :



Berikut ini adalah tulisan seorang wartawan yang meliput jajak pendapat di Dili, Timor-timur. Tulisan ini menurut ane luar biasa, namun sekaligus membuat dada sesak, miris, dan sedih....
Ditulis oleh Kafil Yamin, wartawan kantor berita The IPS Asia-Pacific, Bangkok, yang dikirim ke Timor Timur pada tanggal 28 Agustus 1999 untuk meliput ‘Jajak Pendapat Timor-Timur’ yang diselenggarakan UNAMET [United Nations Mission in East Timor], 30 Agustus 1999.
Judul asli dari tulisan ini adalah Menit-Menit yang Luput dari Catatan Sejarah Indonesia.
Jajak pendapat itu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah referendum, adalah buah dari berbagai tekanan internasioal kepada Indonesia yang sudah timbul sejak keruntuhan Uni Soviet tahun 1989. Belakangan tekanan itu makin menguat dan menyusahkan Indonesia. Ketika krisis moneter menghantam negara-negara Asia Tenggara selama tahun 1997-1999, Indonesia terkena. Guncangan ekonomi sedemikian hebat; berimbas pada stabilitas politik; dan terjadilah jajak pendapat itu.
Kebangkrutan ekonomi Indonesia dimanfaatkan oleh pihak Barat, melalui IMF dan Bank Dunia, untuk menekan Indonesia supaya melepas Timor Timur. IMF dan Bank Dunia bersedia membantu Indonesia lewat paket yang disebut bailout, sebesar US$43 milyar, asal Indonesia melepas Timtim.
Apa artinya ini? Artinya keputusan sudah dibuat sebelum jajak pendapat itu dilaksanakan. Artinya bahwa jajak pendapat itu sekedar formalitas.
Namun meski itu formalitas, toh keadaan di kota Dili sejak menjelang pelaksanan jajak pendapat itu sudah ramai nian. Panita jajak pendapat didominasi bule Australia dan Portugis. Wartawan asing berdatangan. Para pegiat LSM pemantau jajak pendapat, lokal dan asing, menyemarakkan pula – untuk sebuah sandiwara besar. Hebat bukan?
Sekitar Jam 1 siang, tanggal 28 Agustus 1999, saya mendarat di Dili. Matahari mengangkang di tengah langit. Begitu menyimpan barang-barang di penginapan [kalau tidak salah, nama penginapannya Dahlia, milik orang Makassar], saya keliling kota Dili. Siapapun yang berada di sana ketika itu, akan berkesimpulan sama dengan saya: kota Dili didominasi kaum pro-integrasi. Mencari orang Timtim yang pro-kemerdekaan untuk saya wawancarai, tak semudah mencari orang yang pro-integrasi.
Penasaran, saya pun keluyuran keluar kota Dili, sampai ke Ainaro dan Liquica, sekitar 60 km dari Dili. Kesannya sama: lebih banyak orang-orang pro-integrasi. Di banyak tempat, banyak para pemuda-pemudi Timtim mengenakan kaos bertuliskan Mahidi [Mati-Hidup Demi Integrasi], Gadapaksi [Garda Muda Penegak Integrasi], BMP [Besi Merah Putih], Aitarak [Duri].
Setelah seharian berkeliling, saya berkesimpulan Timor Timur akan tetap bersama Indonesia. Bukan hanya dalam potensi suara, tapi dalam hal budaya, ekonomi, sosial, tidak mudah membayangkan Timor Timur bisa benar-benar terpisah dari Indonesia. Semua orang Timtim kebanyakan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Para penyedia barang-barang kebutuhan di pasar-pasar adalah orang Indonesia. Banyak pemuda-pemudi Timtim yang belajar di sekolah dan universitas Indonesia, hampir semuanya dibiayai pemerintah Indonesia. Guru-guru di sekolah-sekolah Timtim pun kebanyakan orang Indonesia, demikian juga para petugas kesehatan, dokter, mantri.
Selepas magrib, 28 Agustus 1999, setelah mandi dan makan, saya duduk di lobi penginapan, minum kopi dan merokok. Tak lama kemudian, seorang lelaki berusia 50an, tapi masih terlihat gagah, berambut gondrong, berbadan atletis, berjalan ke arah tempat duduk saya; duduk dekat saya dan mengeluarkan rokok . Rupanya ia pun hendak menikmati rokok dan kopi.
Mungkin karena dipersatukan oleh kedua barang beracun itu, kami cepat akrab. Dia menyapa duluan: “Dari mana?” sapanya.
“Dari Jakarta,” jawabku, sekalian menjelaskan bahwa saya wartawan, hendak meliput jajak pendapat.
Entah kenapa, masing-masing kami cepat larut dalam obrolan. Dia tak ragu mengungkapkan dirinya. Dia adalah mantan panglima pasukan pro-integrasi, yang tak pernah surut semangatnya memerangi Fretilin [organisasi pro-kemerdekaan], “karena bersama Portugis, mereka membantai keluarga saya,” katanya. Suaranya dalam, dengan tekanan emosi yg terkendali. Terkesan kuat dia lelaki matang yang telah banyak makan asam garam kehidupan. Tebaran uban di rambut gondrongnya menguatkan kesan kematangan itu.
“Panggil saja saya Laffae,” katanya.
“Itu nama Timor atau Portugis?” Saya penasaran.
“Timor. Itu julukan dari kawan maupun lawan. Artinya ‘buaya’,” jelasnya lagi.
Julukan itu muncul karena sebagai komandan milisi, dia dan pasukannya sering tak terdeteksi lawan. Setelah lawan merasa aman, tiba-tiba dia bisa muncul di tengah pasukan lawannya dan melahap semua yang ada di situ. Nah, menurut anak buah maupun musuhnya, keahlian seperti itu dimiliki buaya.
Dia pun bercerita bahwa dia lebih banyak hidup di hutan, tapi telah mendidik, melatih banyak orang dalam berpolitik dan berorganisasi. “Banyak binaan saya yang sudah jadi pejabat,” katanya. Dia pun menyebut sejumlah nama tokoh dan pejabat militer Indonesia yang sering berhubungan dengannya.
Rupanya dia seorang tokoh. Memang, dilihat dari tongkrongannya, tampak sekali dia seorang petempur senior. Saya teringat tokoh pejuang Kuba, Che Guevara. Hanya saja ukuran badannya lebih kecil.
“Kalau dengan Eurico Guterres? Sering berhubungan?” saya penasaran.
“Dia keponakan saya,” jawab Laffae. “Kalau ketemu, salam saja dari saya.”
Cukup lama kami mengobrol. Dia menguasai betul sejarah dan politik Timtim dan saya sangat menikmatinya. Obrolan usai karena kantuk kian menyerang.
Orang ini menancapkan kesan kuat dalam diri saya. Sebagai wartawan, saya telah bertemu, berbicara dengan banyak orang, dari pedagang kaki lima sampai menteri, dari germo sampai kyai, kebanyakan sudah lupa. Tapi orang ini, sampai sekarang, saya masih ingat jelas.
Sambil berjalan menuju kamar, pikiran bertanya-tanya: kalau dia seorang tokoh, kenapa saya tak pernah mendengar namanya dan melihatnya? Seperti saya mengenal Eurico Gueterres, Taur Matan Ruak? Xanana Gusmao? Dan lain-lain? Tapi sudahlah.
Pagi tanggal 29 Agustus 1999. Saya keluar penginapan hendak memantau situasi. Hari itu saya harus kirim laporan ke Bangkok. Namun sebelum keliling saya mencari rumah makan untuk sarapan. Kebetulan lewat satu rumah makan yang cukup nyaman. Segera saya masuk dan duduk. Eh, di meja sana saya melihat Laffae sedang dikelilingi 4-5 orang, semuanya berseragam Pemda setempat. Saya tambah yakin dia memang orang penting – tapi misterius.
Setelah bubar, saya tanya Laffae siapa orang-orang itu. “Yang satu Bupati Los Palos, yang satu Bupati Ainaro, yang dua lagi pejabat kejaksaan,” katanya. “Mereka minta nasihat saya soal keadaan sekarang ini,” tambahnya.
Kalau kita ketemu Laffae di jalan, kita akan melihatnya ‘bukan siapa-siapa’. Pakaiannya sangat sederhana. Rambutnya terurai tak terurus. Dan kalau kita belum ‘masuk’, dia nampak pendiam.
Saya lanjut keliling. Kota Dili makin semarak oleh kesibukan orang-orang asing. Terlihat polisi dan tentara UNAMET berjaga-jaga di setiap sudut kota. Saya pun mulai sibuk, sedikitnya ada tiga konferensi pers di tempat yang berbeda. Belum lagi kejadian-kejadian tertentu. Seorang teman wartawan dari majalah Tempo, Prabandari, selalu memberi tahu saya peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Dari berbagai peristiwa itu, yang menonjol adalah laporan dan kejadian tentang kecurangan panitia penyelenggara, yaitu UNAMET. Yang paling banyak dikeluhkan adalah bahwa UNAMET hanya merekrut orang-orang pro-kemerdekaan di kepanitiaan. Klaim ini terbukti. Saya mengunjungi hampir semua TPS terdekat, tidak ada orang pro-integrasi yang dilibatkan.
Yang bikin suasana panas di kota yang sudah panas itu adalah sikap polisi-polisi UNAMET yang tidak mengizinkan pemantau dan pengawas dari kaum pro-integrasi, bahkan untuk sekedar mendekat. Paling dekat dari jarak 200 meter. Tapi pemantau-pemantau bule bisa masuk ke sektratriat. Bahkan ikut mengetik!
Di sini saya perlu mengungkapkan ukuran mental orang-orang LSM dari Indonesia, yang kebanyakan mendukung kemerdekaan Timtim karena didanai asing. Mereka tak berani mendekat ke TPS dan sekretariat, baru ditunjuk polisi UNAMET saja langsung mundur. Tapi kepada pejabat-pejabat Indonesia mereka sangat galak: menuding, menuduh, menghujat. Berani melawan polisi . Di hadapan polisi bule mereka mendadak jadi inlander betulan.
Tambah kisruh adalah banyak orang-orang pro-integrasi tak terdaftar sebagai pemilih. Dari 4 konferensi pers, 3 di antaranya adalah tentang ungkapan soal ini. Bahkan anak-anak Mahidi mengangkut segerombolan orang tua yang ditolak mendaftar pemilih karena dikenal sebagai pendukung integrasi.
Saya pun harus mengungkapkan ukuran mental wartawan-wartawan Indonesia di sini. Siang menjelang sore, UNAMET menyelenggarakan konferensi pers di Dili tentang rencana penyelenggaraan jajak pendapat besok. Saya tentu hadir. Lebih banyak wartawan asing daripada wartawan Indonesia. Saya yakin wartawan-wartawan Indonesia tahu kecurangan-kecurangan itu.
Saat tanya jawab, tidak ada wartawan Indonesia mempertanyakan soal praktik tidak fair itu. Bahkan sekedar bertanya pun tidak. Hanya saya yang bertanya tentang itu. Jawabannya tidak jelas. Pertanyaan didominasi wartawan-wartawan bule.
Tapi saya ingat betapa galaknya wartawan-wartawan Indonesia kalau mewawancarai pejabat Indonesia terkait dengan HAM atau praktik-praktik kecurangan. Hambatan bahasa tidak bisa jadi alasan karena cukup banyak wartawan Indonesia yang bisa bahasa Inggris. Saya kira sebab utamanya rendah diri, seperti sikap para aktifis LSM lokal tadi.
Setelah konferensi pers usai, sekitar 2 jam saya habiskan untuk menulis laporan. Isi utamanya tentang praktik-praktik kecurangan itu. Selain wawancara, saya juga melengkapinya dengan pemantauan langsung.
Kira-kira 2 jam setelah saya kirim, editor di Bangkok menelepon. Saya masih ingat persis dialognya:
“Kafil, we can’t run the story,” katanya.
“What do you mean? You send me here. I do the job, and you don’t run the story?” saya berreaksi.
“We can’t say the UNAMET is cheating…” katanya.
“That’s what I saw. That’s the fact. You want me to lie?” saya agak emosi.
“Do they [pro-integrasi] say all this thing because they know they are going to loose?”
“Well, that’s your interpretation. I’ll make it simple. I wrote what I had to and it’s up to you,”
“I think we still can run the story but we should change it.”
“ I leave it to you,” saya menutup pembicaraan.
Saya merasa tak nyaman. Namun saya kemudian bisa maklum karena teringat bahwa IPS Asia-Pacific itu antara lain didanai PBB.
***
Kira-kira jam 5:30 sore, 29 Agustus 199, saya tiba di penginapan. Lagi-lagi, Laffae sedang dikerumuni tokoh-tokoh pro-integrasi Timtim. Terlihat Armindo Soares, Basilio Araujo, Hermenio da Costa, Nemecio Lopes de Carvalho, nampaknya mereka sedang membicarakan berbagai kecurangan UNAMET.
Makin malam, makin banyak orang berdatangan. Orang-orang tua, orang-orang muda, tampaknya dari tempat jauh di luar kota Dili. Kelihatan sekali mereka baru menempuh perjalanan jauh.
Seorang perempuan muda, cukup manis, tampaknya aktifis organisasi, terlihat sibuk mengatur rombongan itu. Saya tanya dia siapa orang-orang ini.
“Mereka saya bawa ke sini karena di desanya tidak terdaftar,” katanya. “Mereka mau saya ajak ke sini. Bahkan mereka sendiri ingin. Agar bisa memilih di sini. Tidak ada yang membiayai. Demi merah putih,” jawabnya bersemangat.
Saya tergetar mendengar bagian kalimat itu: “…demi merah putih.”
Mereka semua ngobrol sampai larut. Saya tak tahan. Masuk kamar. Tidur. Besok jajak pendapat.
Pagi 30 Agustus 1999. Saya keliling Dili ke tempat-tempat pemungutan suara. Di tiap TPS, para pemilih antri berjajar. Saya bisa berdiri dekat dengan antrean-antrean itu. Para ‘pemantau’ tak berani mendekat karena diusir polisi UNAMET.
Karena dekat, saya bisa melihat dan mendengar bule-bule Australia yang sepertinya sedang mengatur barisan padahal sedang kampanya kasar. Kebetulan mereka bisa bahasa Indonesia: “Ingat, pilih kemerdekaan ya!” teriak seorang cewek bule kepada sekelompok orang tua yang sedang antre. Bule-bule yang lain juga melakukan hal yang sama.
Sejenak saya heran dengan kelakuan mereka. Yang sering mengampanyekan kejujuran, hak menentukan nasib sendiri. Munafik, pikir saya. Mereka cukup tak tahu malu.
Setelah memantau 4-5 TPS saya segera mencari tempat untuk menulis. Saya harus kirim laporan. Setelah mengirim laporan. Saya manfaat waktu untuk rileks, mencari tempat yang nyaman, melonggarkan otot. Toh kerja hari itu sudah selesai.
Sampailah saya di pantai agak ke Timur, di mana patung Bunda Maria berdiri menghadap laut, seperti sedang mendaulat ombak samudra. Patung itu bediri di puncak bukit. Sangat besar. Dikelilingi taman dan bangunan indah. Untuk mencapai patung itu, anda akan melewati trap tembok yang cukup landai dan lebar. Sangat nyaman untuk jalan berombongan sekali pun. Sepanjang trap didindingi bukit yang dilapisi batu pualam. Di setiap kira jarak 10 meter, di dinding terpajang relief dari tembaga tentang Yesus, Bunda Maria, murid-murid Yesus, dengan ukiran yang sangat bermutu tinggi. Indah. Sangat indah.
Patung dan semua fasilitasnya ini dibangun pemerintah Indonesia. Pasti dengan biaya sangat mahal. Ya, itulah biaya politik.
Tak terasa hari mulai redup. Saya harus pulang. Besok pengumuman hasil jajak pendapat.
Selepas magrib, 30 September 1999. Kembali saya menunaikan kewajiban yang diperintahkan oleh kebiasaan buruk: merokok sambil minum kopi di lobi penginapan. Kali ini, Laffae mendahului saya. Dia sudah duluan mengepulkan baris demi baris asap dari hidung dan mulutnya. Kami ngobrol lagi.
Tapi kali ini saya tidak leluasa. Karena banyak tamu yang menemui Laffae, kebanyakan pentolan-pentolan milisi pro-integrasi. Ditambah penginapan kian sesak. Beberapa pemantau nginap di situ. Ada juga polisi UNAMET perwakilan dari Pakistan.
Ada seorang perempuan keluar kamar, melihat dengan pandangan ‘meminta’ ke arah saya dan Laffae. Kami tidak mengerti maksudnya. Baru tau setelah lelaki pendampingnya bilang dia tak kuat asap rokok. Laffae lantas bilang ke orang itu kenapa dia jadi pemantau kalau tak kuat asap rokok. Kami berdua terus melanjutkan kewajiban dengan racun itu. Beberapa menit kemudian cewek itu pingsan dan dibawa ke klinik terdekat.
Saya masuk kamar lebih cepat. Tidur.
sumber | iniunic.blogspot.com | http://www.kaskus.co.id/thread/51edf0021acb174855000001
( KISAH NYATA ) INSIDEN DI BANDARA HALIM PERDANAKUSUMAH ( sudah di UPDATE )
memungkinkan Pemerintah republik Indonesia
menjatuhkan hukuman mati kepada Alexander Finenko
Kejadian ini terjadi tgl 6 Februari 1982
Sabtu subuh, pesawat yang terlambat tersebut memang baru mendarat di Halim pukul 04.30 WIB. Di depan pintu bandara ada tiga mobil sedan hitam milik kedutaan rusia baru saja tiba. Kelihatan dari dalam mobil dikeluarkan banyak bagasi besar-besar.
Dari mobil tengah turun seseorang yang langsung didampingi yang lain menuju imigrasi, inilah Kepala Perwakilan Aeroflot di nusantara , Alexander Finenko.
Demikian penuturan dari mantan agen BIN , Bapak Rumambi yg menjadi saksi dari peristiwa dramatis tersebut .
Petugas imigrasi mencocokkan namanya dengan “daftar hitam” yang terpasang di balik mejanya. Karena yakin Finenko sedang dicari petugas keamanan, ia disuruh “mampir” di ruang imigrasi. Maksudnya, urusannya agar diselesaikan di tempat yang tidak ditonton umum itu. Tapi apa yang terjadi Pimpinan Aeroflot Jakarta itu menolak.
Ia tambah gusar ketika seorang petugas imigrasi yang berjaga di luar loket menghardiknya dengan memegang tangannya. Finenko mendorong petugas itu dan serta merta empat orang pengawalnya ikut “membebaskannya”. Perkelahian terjadi. Beberapa petugas imigrasi terluka.
Kaca di sekitarnya berantakan. Seorang pengawal Finenko yang berbadan kekar tergores dahinya. Suasana menjadi panas. Penerbangan Garuda malam itu tertunda beberapa saat. Perkelahian berakhir setelah petugas keamanan terdiri dari polisi dan POM ABRI datang. Finenko diringkus.
Ia dibawa ke ruang tertutup bandar udara Halim Perdanakusumah. Di tempat itu sudah menunggu pejabat Laksusda dan perwira militer AURI untuk memeriksanya.
Sedang pengawalnya, letnan kolonel G.M. Odariouk, ngotot ikut mendampingi Finenko. Sebagai pemeriksaan lanjutan di ruang tertutup Halim PK, Finenko dan Odariouk diangkut ke Komando garnisun Ibukota.
Aleksander finenko terbukti sebagai agen KGB Rusia melakukan kegiatan berbahaya di Indonesia dan bisa dihukum mati atas tuduhan mata -mata.
Namun , demi menjaga agar kasus ini tidak makin melebar ke hubungan diplomatik
maka yg bersangkutan dibebaskan oleh pemerintahan Orde baru dengan syarat tidak boleh menginjakkan kaki lagi di Indonesia .
sumber | iniunic.blogspot.com | http://www.kaskus.co.id/thread/51f1211a8227cf911500000e
Koleksi Foto Hitam Putih Indonesia Jaman Hindia Belanda
ane jenuh dengan berita-berita politik, berita demo, rasanya mata lebih adem setelah melihat foto-foto Indonesia jaman penjajahan Hindia Belanda. Kalau Agan dan Aganwati punya koleksi foto, silahkan di upadate. Semoga dengan foto-foto ini bsia menimbulkan kembali rasa CINTA thd tanah air kita Indonesia. Indahnya berbagi.
ini adalah foto Alun ALun Tjisurupan Garut. Tjisurupan adalah satu desa kecil arah Garut ke Tasikmalaya. Latar belakang adalah Gunung Tjikuray, yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.
Ini adalah Alun Alun Garut. Pada bagian kiri foto terdapat bangunan seperti gazebo itu adalah tempat bermain musik orang-orang Belanda, biasanya dilakukan pada hari Sabtu sore. Oleh orang Garut tempat ini disebut Babancong. Presiden Soekarno pernah beberapa kali pidato di babancong ini. Bagian tengah foto adalah bangunan Rumah Dinas Bupati Garut. Dan Paling kanan adalah bangunan Mesjid Agung Garut. Bentuk Banacong dan Rumah Dinas sampai sekarang masih tetap, tidak terlalu banyak perubahan. Sedangkan mesjid agung sudah berubah total. Latar Belakang adalah Gunung Tjikuray.
Gadis Belanda ini berfoto di Ngamplang Garut. Tampak mobil Ford dengan plat nomer "D", yaitu nomer Priangan. Di tempat ini, pada waktu itu terdapat Hotel mewah, yaitu Hotel Ngamplang. Sekarang Hotel itu sdh tidak ada, di bakar habis oleh para pejuang pada saat revolusi. Orang-2 terkenal pada jaman itu pernah menginap di Ngamplang. Akan ane tampilkan nanti foto-foto Hotel Ngamplang. Sekarang tempat ini adalah area lapangan Golf 9 hole saja.
ini adalah pemandangan dari Hotel Ngamplang ke arah kota Garut. Yang tersisa dari Hotel Ngamplang adalah tinggal kolam dengan air mancur ini yang masih ada hingga sekarang.
ini adalah bangunan Hotel Ngamplang sebelum dihancurkan. Bangunan Hotel seperti bangunan di Switzerland. Oleh karena itu Garut sangat terkenal sampai ke mancanegara, sampai sekarang.
sumber | iniunic.blogspot.com | http://www.kaskus.co.id/thread/51c473b26112436c6f00000c/koleksi-foto-hitam-putih-indonesia-jaman-hindia-belanda/
Kisah Perlakuan Kejam Kepada Bung Karno Menjelang Wafat
Bung Karno pergi ke ruang makan dan melihat Guruh sedang membaca sesuatu di ruang itu. “Mana kakak-kakakmu” kata Bung Karno. Guruh menoleh ke arah Bapaknya dan berkata “Mereka pergi ke rumah Ibu”. Rumah Ibu yang dimaksud adalah rumah Fatmawati di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru. Bung Karno berkata lagi “Mas Guruh, Bapak tidak boleh lagi tinggal di Istana ini lagi, kamu persiapkan barang-barangmu, jangan kamu ambil lukisan atau hal lain, itu punya negara”. Kata Bung Karno, lalu Bung Karno melangkah ke arah ruang tamu Istana disana ia mengumpulkan semua ajudan-ajudannya yang setia. Beberapa ajudannya sudah tidak kelihatan ia maklum, ajudan itu sudah ditangkapi karena diduga terlibat Gestapu. “Aku sudah tidak boleh tinggal di Istana ini lagi, kalian jangan mengambil apapun, Lukisan-lukisan itu, Souvenir dan macam-macam barang. Itu milik negara.
Semua ajudan menangis saat tau Bung Karno mau pergi “Kenapa bapak tidak melawan, kenapa dari dulu bapak tidak melawan…” Salah satu ajudan separuh berteriak memprotes tindakan diam Bung Karno. “Kalian tau apa, kalau saya melawan nanti perang saudara, perang saudara itu sulit jikalau perang dengan Belanda jelas hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak, wajahnya sama dengan wajahmu…keluarganya sama dengan keluargamu, lebih baik saya yang robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara”. Tiba-tiba beberapa orang dari dapur berlarian saat mendengar Bung Karno mau meninggalkan Istana. “Pak kamu memang tidak ada anggaran untuk masak, tapi kami tidak enak bila bapak pergi, belum makan. Biarlah kami patungan dari uang kami untuk masak agak enak dari biasanya”. Bung Karno tertawa “Ah, sudahlah sayur lodeh basi tiga itu malah enak, kalian masak sayur lodeh saja. Aku ini perlunya apa…”
Di rumah Fatmawati, Bung Karno hanya duduk seharian saja di pojokan halaman, matanya kosong. Ia meminta bendera pusaka dirawat hati-hati. Bung Karno kerjanya hanya mengguntingi daun-daun di halaman. Kadang-kadang ia memegang dadanya yang sakit, ia sakit ginjal parah namun obat yang biasanya diberikan sudah tidak boleh diberikan. Sisa obat di Istana dibuangi. Suatu saat Bung Karno mengajak ajudannya yang bernama Nitri untuk jalan-jalan.
Saat melihat duku, Bung Karno kepengen duku tapi dia tidak punya uang. “Aku pengen duku, …Tru, Sing Ngelah Pis, aku tidak punya uang” Nitri yang uangnya pas-pasan juga melihat ke dompetnya, ia merasa cukuplah buat beli duku sekilo. Lalu Nitri mendatangi tukang duku dan berkata “Pak Bawa dukunya ke orang yang ada di dalam mobil”. Tukang duku itu berjalan dan mendekat ke arah Bung Karno. “Mau pilih mana, Pak manis-manis nih ” sahut tukang duku dengan logat betawi kental.
Bung Karno dengan tersenyum senang berkata “coba kamu cari yang enak”. Tukang Duku itu mengernyitkan dahinya, ia merasa kenal dengan suara ini. Lantas tukang duku itu berteriak “Bapak…Bapak….Bapak…Itu Bapak…Bapaak” Tukang duku malah berlarian ke arah teman-temannya di pinggir jalan” Ada Pak Karno, Ada Pak Karno….” mereka berlarian ke arah mobil VW Kodok warna putih itu dan dengan serta merta para tukang buah memberikan buah-buah pada Bung Karno.
Awalnya Bung Karno tertawa senang, ia terbiasa menikmati dengan rakyatnya. Tapi keadaan berubah kontan dalam pikiran Bung Karno, ia takut rakyat yang tidak tau apa-apa ini lantas digelandang tentara gara-gara dekat dengan dirinya. “Tri, berangkat ….cepat” perintah Bung Karno dan ia melambaikan ke tangan rakyatnya yang terus menerus memanggil namanya bahkan ada yang sampai menitikkan air mata. Mereka tau pemimpinnya dalam keadaan susah.
Mengetahui bahwa Bung Karno sering keluar dari Jalan Sriwijaya, membuat beberapa perwira pro Suharto tidak suka. Tiba-tiba satu malam ada satu truk ke rumah Fatmawati dan mereka memindahkan Bung Karno ke Bogor. Di Bogor ia dirawat oleh Dokter Hewan!…
Tak lama setelah Bung Karno dipindahkan ke Bogor, datanglah Rachmawati, ia melihat ayahnya dan menangis keras-keras saat tau wajah ayahnya bengkak-bengkak dan sulit berdiri. Saat melihat Rachmawati, Bung Karno berdiri lalu terhuyung dan jatuh. Ia merangkak dan memegang kursi. Rachmawati langsung teriak menangis.
Malamnya Rachmawati memohon pada Bapaknya agar pergi ke Jakarta saja dan dirawat keluarga. “Coba aku tulis surat permohonan kepada Presiden” kata Bung Karno dengan suara terbata. Dengan tangan gemetar Bung Karno menulis surat agar dirinya bisa dipindahkan ke Jakarta dan dekat dengan anak-anaknya. Rachmawati adalah puteri Bung Karno yang paling nekat. Pagi-pagi setelah mengambil surat dari bapaknya, Rachma langsung ke Cendana rumah Suharto.
Di Cendana ia ditemui Bu Tien yang kaget saat melihat Rachma ada di teras rumahnya. “Lhol, Mbak Rachma ada apa?” tanya Bu Tien dengan nada kaget. Bu Tien memeluk Rachma, setelah itu Rachma bercerita tentang nasib bapaknya. Hati Bu Tien rada tersentuh dan menggemgam tangan Rachma lalu dengan menggemgam tangan Rachma bu Tien mengantarkan ke ruang kerja Pak Harto. “Lho, Mbak Rachma..ada apa?” kata Pak Harto dengan nada santun. Rachma-pun menceritakan kondisi Bapaknya yang sangat tidak terawat di Bogor. Pak Harto berpikir sejenak dan kemudian menuliskan memo yang memerintahkan anak buahnya agar Bung Karno dibawa ke Djakarta. Diputuskan Bung Karno akan dirawat di Wisma Yaso.
Bung Karno lalu dibawa ke Wisma Yaso, tapi kali ini perlakuan tentara lebih keras. Bung Karno sama sekali tidak diperbolehkan keluar dari kamar. Seringkali ia dibentak bila akan melakukan sesuatu, suatu saat Bung Karno tanpa sengaja menemukan lembaran koran bekas bungkus sesuatu, koran itu langsung direbut dan ia dimarahi. Kamar Bung Karno berantakan sekali, jorok dan bau. Memang ada yang merapihkan tapi tidak serius. Dokter yang diperintahkan merawat Bung Karno, dokter Mahar Mardjono nyaris menangis karena sama sekali tidak ada obat-obatan yang bisa digunakan Bung Karno. Ia tahu obat-obatan yang ada di laci Istana sudah dibuangi atas perintah seorang Perwira Tinggi. Mahar hanya bisa memberikan Vitamin dan Royal Jelly yang sesungguhnya hanya madu biasa. Jika sulit tidur Bung Karno diberi Valium, Sukarno sama sekali tidak diberikan obat untuk meredakan sakit akibat ginjalnya tidak berfungsi.
Banyak rumor beredar di masyarakat bahwa Bung Karno hidup sengsara di Wisma Yaso, beberapa orang diketahui akan nekat membebaskan Bung Karno. Bahkan ada satu pasukan khusus KKO dikabarkan sempat menembus penjagaan Bung Karno dan berhasil masuk ke dalam kamar Bung Karno, tapi Bung Karno menolak untuk ikut karena itu berarti akan memancing perang saudara.
Pada awal tahun 1970 Bung Karno datang ke rumah Fatmawati untuk menghadiri pernikahan Rachmawati. Bung Karno yang jalan saja susah datang ke rumah isterinya itu. Wajah Bung Karno bengkak-bengkak. Ketika tau Bung Karno datang ke rumah Fatmawati, banyak orang langsung berbondong-bondong ke sana dan sesampainya di depan rumah mereka berteriak “Hidup Bung Karno….hidup Bung Karno….Hidup Bung Karno…!!!!!” Sukarno yang reflek karena ia mengenal benar gegap gempita seperti ini, ia tertawa dan melambaikan tangan, tapi dengan kasar tentara menurunkan tangan Sukarno dan menggiringnya ke dalam. Bung Karno paham dia adalah tahanan politik.
Masuk ke bulan Februari penyakit Bung Karno parah sekali ia tidak kuat berdiri, tidur saja. Tidak boleh ada orang yang bisa masuk. Ia sering berteriak kesakitan. Biasanya penderita penyakit ginjal memang akan diikuti kondisi psikis yang kacau. Ia berteriak ” Sakit….Sakit ya Allah…Sakit…” tapi tentara pengawal diam saja karena diperintahkan begitu oleh komandan. Sampai-sampai ada satu tentara yang menangis mendengar teriakan Bung Karno di depan pintu kamar. Kepentingan politik tak bisa memendung rasa kemanusiaan, dan air mata adalah bahasa paling jelas dari rasa kemanusiaan itu.
Hatta yang dilapori kondisi Bung Karno menulis surat pada Suharto dan mengecam cara merawat Sukarno. Di rumahnya Hatta duduk di beranda sambil menangis sesenggukan, ia teringat sahabatnya itu. Lalu dia bicara pada isterinya Rachmi untuk bertemu dengan Bung Karno. “Kakak tidak mungkin kesana, Bung Karno sudah jadi tahanan politik” Hatta menoleh pada isterinya dan berkata “Sukarno adalah orang terpenting dalam pikiranku, dia sahabatku, kami pernah dibesarkan dalam suasana yang sama agar negeri ini merdeka. Bila memang ada perbedaan diantara kita itu lumrah tapi aku tak tahan mendengar berita Sukarno disakiti seperti ini”. Hatta menulis surat dengan nada tegas kepada Suharto untuk bertemu Sukarno, ajaibnya surat Hatta langsung disetujui, ia diperbolehkan menjenguk Bung Karno.
Hatta datang sendirian ke kamar Bung Karno yang sudah hampir tidak sadar, tubuhnya tidak kuat menahan sakit ginjal. Bung Karno membuka matanya. Hatta terdiam dan berkata pelan “Bagaimana kabarmu, No” kata Hatta ia tercekat mata Hatta sudah basah. Bung Karno berkata pelan dan tangannya berusaha meraih lengan Hatta “Hoe gaat het met Jou?” kata Bung Karno dalam bahasa Belanda – Bagaimana pula kabarmu, Hatta – Hatta memegang lembut tangan Bung Karno dan mendekatkan wajahnya, air mata Hatta mengenai wajah Bung Karno dan Bung Karno menangis seperti anak kecil. Dua proklamator bangsa ini menangis, di sebuah kamar yang bau dan jorok, kamar yang menjadi saksi ada dua orang yang memerdekakan bangsa ini di akhir hidupnya merasa tidak bahagia, suatu hubungan yang menyesakkan dada.
Tak lama setelah Hatta pulang, Bung Karno meninggal. Sama saat Proklamasi 1945 Bung Karno menunggui Hatta di kamar untuk segera membacai Proklamasi, saat kematiannya-pun Bung Karno juga seolah menunggu Hatta dulu, baru ia berangkat menemui Tuhan.
Mendengar kematian Bung Karno rakyat berjejer-jejer berdiri di jalan. Rakyat Indonesia dalam kondisi bingung. Banyak rumah yang isinya hanya orang menangis karena Bung Karno meninggal. Tapi tentara memerintahkan agar jangan ada rakyat yang hadir di pemakaman Bung Karno. Bung Karno ingin dikesankan sebagai pribadi yang senyap, tapi sejarah akan kenangan tidak bisa dibohongi. Rakyat tetap saja melawan untuk hadir. Hampir 5 kilometer orang antre untuk melihat jenazah Bung Karno, di pinggir jalan Gatot Subroto banyak orang berteriak menangis. Di Jawa Timur tentara yang melarang rakyat melihat jenasah Bung Karno menolak dengan hanya duduk-duduk di pinggir jalan, mereka diusiri tapi datang lagi. Tau sikap rakyat seperti itu tentara menyerah. Jutaan orang Indonesia berhamburan di jalan-jalan pada 21 Juni 1970. Hampir semua orang yang rajin menulis catatan hariannya pasti mencatat tanggal itu sebagai tanggal meninggalnya Bung Karno dengan rasa sedih. Koran-koran yang isinya hanya menjelek-jelekkan Bung Karno sontak tulisannya memuja Bung Karno.
Bung Karno yang sewaktu sakit dirawat oleh dokter hewan, tidak diperlakukan dengan secara manusiawi. Mendapatkan keagungan yang luar biasa saat dia meninggal. Jutaan rakyat berjejer di pinggir jalan, mereka melambai-lambaikan tangan dan menangis. Mereka berdiri kepanasan, berdiri dengan rasa cinta bukan sebuah keterpaksaan. Dan sejarah menjadi saksi bagaimana sebuah memperlakukan orang yang kalah, walaupun orang yang kalah itu adalah orang yang memerdekakan bangsanya, orang yang menjadi alasan terbesar mengapa Indonesia harus berdiri, Tapi dia diperlakukan layaknya binatang terbuang, semoga kita tidak mengulangi kesalahan seperti ini lagi…..
Kenyataan tragis yang dialami oleh Bung karno merupakan gambaran tragis kondisi politik dan sistim alih kekuasaan di Indonesia. Bung Karno telah memberikan seluruh catatan hidupnya untuk kebangkitan Bangsa Indonesia, walau pada akhirnya di Indonesia pula Bung Karno di campakkan.
Ini Loh Pesawat Siluman Pertama di Dunia
Dua bersaudara Walter dan Reimar Horten adalah para pionir dalam pembuatan pesawat bersayap tanpa ekor, dan telah membangun secara berturut-turut pesawat-pesawat 'layar' tanpa mesin berbentuk indah dengan performa menakjubkan pada tahun 1936 s/d 1940, yang diikuti oleh sebuah contoh dengan dilengkapi dua mesin pendorong. Pengalaman mereka dalam membuat pesawat bersayap besar yang dapat terbang adalah sesuatu yang ajaib pada masa itu, dan merupakan satu-satunya di dunia.
walter (kiri) dan reimar horten (kanan)
Pada tahun 1943 Walter Horten menyatakan ketertarikannya untuk membangun sebuah pesawat berkecepatan tinggi yang dibuat dari... kayu! Laporan dari perkembangan DFS 194 (kemudian dinamai Messerschmitt Me 163) yang dikepalai Profesor Lippisch makin meyakinkan Walter bahwa bahkan pesawat dari kayu dapat membawa mesin jet atau roket dan kemudian terbang. Pada tahun 1943 dia mengajukan gagasannya kepada Panglima Luftwaffe Reichsmarschall Hermann Göring, dan tanpa banyak cingcong proyek tersebut disetujui.
Prototipe pertama Horten IX V1 dibangun dengan berdasar pada rancangan, kemudian Bersamaan dengan uji terbang dari V1, sebuah prototipe kedua langsung dikembangkan pula. V2 ditenagai oleh dua buah turbojet. Rancangannya merupakan campuran dari berbagai tipe pesawat terdahulu, Mesin yang digunakan adalah BMW 003 dan bukannya Jumo 004 seperti yang direncanakan semula. Roda depannya yang berukuran besar merupakan contekan dari roda ekor pesawat Heinkel He 177, sedangkan peralatan pendarat utamanya "dipinjam" dari Messerschmitt Bf 109 G.
Penerbangan pertama dilakukan di Oranienburg tanggal 2 Februari 1945.
proyek tersebut tetap berlanjut dengan segala energi yang tersisa. Komponen prototipe yang masih ada segera dipindahkan ke Gothaer Wagonfabrik (Gotha) yang berada di Friedrichsrode. Pada bulan Maret 1945 proyek difokuskan kepada prototipe ketiga, yang diberi nama Go 229 V3. V3 berukuran lebih besar dibandingkan dengan kedua pendahulunya, dan bentuknya telah lebih disempurnakan lagi di beberapa tempat, yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi seri pra-produksi pesawat tempur Go 229 A-0 yang telah dipesan oleh Luftwaffe sebanyak 20 buah. V3 ditenagai oleh mesin Jumo 004C, dan dapat membawa dua buah kanon MK108 30mm di pangkal sayapnya.
SIAL BAGI NAZI
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation & Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Karakteristik umum
* Crew: 1 Kru: 1
* Length: 7.47 m (24 ft 6 in) Panjang: 7.47 m (24 ft 6 in)
* Wingspan : 16.76 m (55 ft 0 in) Lebar sayap : 16,76 m (55 ft 0 in)
* Height: 2.81 m (9 ft 2 in) Tinggi: 2,81 m (9 ft 2 in)
* Wing area: 50.20 m² (540.35 ft²) Area sayap: 50,20 m² (540,35 ft ²)
* Empty weight : 4,600 kg (10,141 lb) Berat kosong : 4.600 kg (10.141 £)
* Loaded weight: 6,912 kg (15,238 lb) Loaded Berat: 6.912 kg (15.238 £)
* Max takeoff weight : 8,100 kg (17,857 lb) Berat lepas landas maksimum : 8.100 kg (17.857 £)
* Powerplant : 2 × Junkers Jumo 004 B turbojet , 8.7 kN (1,956 lbf) each Powerplant : 2 × Junkers Jumo 004 B turbojet , 8,7 kN (1956 lbf) masing-masing
Performance Kinerja
* Maximum speed : 977km/h Kecepatan maksimum : 977km / h
* Service ceiling : 16,000 m (52,000 ft) Layanan langit-langit : 16.000 m (52.000 kaki)
* Rate of climb : 22 m/s (4,330 ft/min) Tingkat panjat : 22 m / s (4.330 ft / min)
* Wing loading : 137.7 kg/m² (28.2 lb/ft²) Wing memuat : 137,7 kg / m² (28.2 lb / ft ²)
* Thrust/weight : 0.26 Thrust / berat : 0,26
Armament Persenjataan
* Guns: 4 × 30 mm MK 108 cannon Senjata: 4 × 30 mm meriam MK 108
* Rockets: R4M rockets Rockets: R4M roket
* Bombs: 2 × 500 kg (1,100 lb) bombs Bom: 2 × 500 kg (1.100 lb) bom
sumber | iniunic.blogspot.com | http://dunia.lintas.me/go/andaikata.com/inilah-pesawat-siluman-pertama-di-dunia
Tahukah kamu 10 Jendral TERKUAT
Tahukah kamu 10 Jendral TERKUAT
10. Hector
Quote:Hector adalah salah satu jenderal perang milik Bangsa Troya, ketangguhannya dan kebijaksanaannya yang membuat ia adalah satu-satunya jenderal perang yang paling disegani dan dihormati bahkan oleh musuhnya, Hector memiliki adik yang bernama Paris yang membunuh Archiles pada perang terakhir di troya, catatan sejarah mengatakan, Hector membunuh 13 jenderal perang Yunani dan Sparta dalam perang troya, salah satunya adik dari Archilles, namun dengan kematian adiknya itu Archilles menantang Hector bertarung satu-lawan satu, karna Archilles tak dapat dibunuh maka kemenangan di tangan Archilles, dan Archilles membunuh Hector yang disaksikan oleh ayah dan istri Hector, maka dari itu hector adalah Salah satu pahlawan yunani yang paling diingat hingga sekarang.
9. Achilles
Quote:Archiles adalah seorang jenderal perang milik Yunani yang paling ditakuti karena, Archiles salah satu jenderal yang dapat menembus tembok Besar milik Bangsa Troya, Diketahui Archiles adalah seorang anak dari keturunan dewi lautan Nimfa Thetis, Nimfa thetis menitibkan Archiles kepada bangsa Centaur karna, Kewajiban Nimfa Thetis untuk menjadi seorang dewi lautan, centaur mengajarkan tehknik pedang dan perang, Centaur juga ingin menjadikan Archiles sebagai seorang jenderal perang yang tak dapat dibunuh dengan memasukan bayi Archiles kedalam sungai Styx. tapi tangan Thetis memegang sebagian dari tumitnya dan menutupi tumitnya, maka dari itu Archiles memiliki kelemahan pada tumitnya. Archiles adalah satu-satunya jenderal perang yang memenggal kepala patung Dewa Appolo, dan menantangnya, maka dari itu seorang Pangeran Troy yang masih bertahan “Paris” yang membuat Archiles dipermalukan dengan membunuhnya hanya dengan sebuah anak panah yang menusuk tumitnya.
8. Leonidas
Quote:Leonidas salah satu seorang raja sparta sekaligus jenderal perang terkuat, leonidas ditakuti dalam perang karena keberanian dan keuletannya dalam medan perang, Leonidas dikatakan sebagai raja dari keturunan Heracles/Hercules, memimpin perang dalam membantai para pemberontak dan pertempuran Thermopylae, dan membantu Yunani dalam Invansi Persia, serta agresi militernya, Menurut catatan sejarah, Ia adalah jenderal perang satu-satunya yang menggemparkan dunia peperangan karna membuat sebuah tembok dengan Mayat-mayat musuh dari Leonidas/Yunani.
7. Gaius Julius Caesar
Quote:Gaius Julius Caesar (13 Juli 100 SM-15 Maret 44 SM) adalah seorang pemimpin militer dan politikus Romawi yang kekuasaannya terhadap Gallia Comata memperluas dunia Romawi hingga Oceanus Atlanticus, melancarkan serangan Romawi pertama ke Britania, catatan milier, memimpin perang saudara dan Britania yang membuatnya menjadi penguasa di Romawi.Caesar meninggal dunia pada 15 Maret 44 SM akibat ditusuk hingga mati oleh Marcus Junius Brutus dan beberapa senator Romawi. Aksi pembunuhan terhadapnya pada hari Idi Maret tersebut menjadi pemicu perang saudara kedua yang menjadi akhir Republik Romawi dan awal Kekaisaran Romawi di bawah kekuasaan cucu lelaki dan putra angkatnya, Kaisar Augustus.
6. Richard I
Quote:Richard I (6 September 1157 6 April 1199) adalah raja Inggris antara tahun 1189 sampai 1199. seorang raja dan jenderal perang yang tersohor seantero Inggris, dalam catatan riwayat hidupnya Richard I, memimpin perang salib yang membawa pasukan salib dari Eropa ketimur tengah dengan beberapa kemenangan, dan catatan militernya, beliau pernah memukul mundur pasukan Saladin (jerusalem-,exct Cross War)
5. Ma Chao
Quote:Machao seorang jenderal pada zaman tiga Negara, Ma chao juga dikenal sebagai anggota kelima jenderal harimau dari negeri Shu Han, catatan perang nya, Ma chao ikut serta dalam pertempuran Liang, dan memukul mundur pasukan Cao-cao(kaisar bengis dari Cao wei), dan membentuk suatu kota kemiliteran di bawah kerajaan Shu han.
4. Arjuna
Quote:Arjuna, seorang ksatria terbaik dan terkuat dalam dunia kerajaan Mahabarata, keuletan dan ketelitian dalam memanah yang diagungkan dari jenderal perang seperti Arjuna ini, Arjuna dalam catatan pewayangan Mahabarata dikatakan berperang melawan ksatria-kesatria terbaik di Mahabarata, bharatayuda dll.Arjuna juga merupakan salah orang yang sempat menyaksikan “wujud semesta” Kresna menjelang Bharatayuddha berlangsung. Ia juga menerima Bhagawadgita atau “Nyanyian Orang Suci”, yaitu wejangan suci yang disampaikan oleh Kresna kepadanya sesaat sebelum Bharatayuddha berlangsung karena Arjuna masih segan untuk menunaikan kewajibannya.Ia bersama kelima pandawa adalah kelima prajurit perang yang ditakuti
3. Jenderal Sudirman
Quote:Siapa bilang, Indonesia tidak masuk dalam kesepuluh jenderal perang terkuat didunia, jenderal sudirman salah satu pahlawan kita, lahir di Bodas karangjati, purbalingga pada tanggal 24 januari 1916, meninggal tanggal 29 januari 1950. seorang jenderal perang yang terkenal karena kekuatan dan taktiknya di medan perang, catatan sejarah mengatakan, ia adalah satu-satunya jenderal perang yang memakai siasat perang gerilya, yang dipakai saat agresi militer belanda, catatan militernya, jenderal sudirman ikut serta dalam: perang palagan Ambarawa, pertempuran 5 hari di semarang, agresi militer belanda II, dll
2. Lu Bu
Quote:Lu bu salah satu jenderal terkuat di dunia, jenderal Lubu pada zaman tiga negara dijadikan musuh besar dari ketiga Negara, dikarenakan kebengisan dan kekejamannya saat dimedan perang dan memerintah, Bahkan ke 5 Jendral Harimau Shu yaitu Guan Yu, Zhang Fei, Zhao Yun, Huang Zhong dan Ma Chao serta 5 Jendral Harimau Wei yaitu Zhang Liao, Xu Huang, Zhang He, Xiahou Dun, Cao Ren jika bergabung belum tentu bisa mengalahkan Lu Bu. Ciri khas dari Lu Bu adalah menggunakan helm perang yang mempunyai 2 ekor merah Panjang. Kudanya, Red Hare yang memiliki Kecepatan yang luar biasa serta daya tahannya saat pertempuran mampu berlari 5000 KM sehari. Lu bu tertangkap oleh Cao Cao dan memohon kepadanya agar melepaskannya. Namun Liu Bei mengingatkan Cao Cao bahwa Lu bu tidak dapat dipercaya dan membiarkannya hidup sangat berbahaya. Lu bu Bu kemudian dicekik sampai mati oleh Cao Cao. Hukuman ini dilakukan untuk membuat malu Lu Bu, karena biasanya hukuman cekik mati pada Zaman tiga negara diperuntukkan pada perempuan, sedangkan laki-laki dihukum mati dengan cara dipenggal. Bawahan Lu Bu, Gao Shun dengan sukarela menyerahkan kepalanya untuk dipenggal sedangkan bawahan lain Zhang Liao memutuskan untuk mengabdi pada Cao Cao. Dalam novel Kisah Tiga Negara, Kuda Red Hare sendiri setelah beberapa waktu dihadiahkan kepada Guan Yu.
1. Rasulullah SAW
Quote:Pada tahun ke-8 setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Nabi Muhammad kembali pada tahun berikutnya. Nabi Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka”bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah.
sumber | iniunic.blogspot.com | http://www.kaskus.co.id/thread/51ef691a1cd7198072000001/10-jendral-terkuat/